Gapapa, cukup
“….dan jangnalah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (Yusuf:87)
Pas! Aku menulis ini beberapa jam setelah diagnosa pertamaku. Kata dokter diagnosa sekarang belum 100% benar, tapi kuharap, diagnosa awal ini ga berubah.
Hari ini, aku belajar, ah maksudnya Allah ngajarin aku kalo keluarga akan selalu jadi orang - orang pertama yang peduli sama kamu.
Kamu bisa dan boleh nangis sepuasnya, bisa jadi rapuh semaumu. Di depan mereka.
“Ga usah nangis, kalo nangis nanti akung yang sedih”
“Pokoknya harus semangat. Minta banyak doa. Mana ketawanya?”
“Bismillah, insyaallah gapapa”
“Lain kali itu, kalo sekali sakit langsung diperiksain. Jangan nunggu 3 bulan baru ke dokter. Ga usah mikirin apa - apa. Wong masih ada mbah kok”
Hehe, aku bersyukur. Masih ada bunda, ayah, adek, dan mbah yang lengkap untuk jadi sandaran.
Aku bersyukur, ternyata keluargaku, bahkan sedetikpun ga pernah ninggalin aku, sendirian.
Aku bersyukur masih di kasih sakit, ternyata Allah masih punya cara dan mau ngampunin dosaku yang banyak bagai buih.
Terakhir, menutup semua diagnosa, eyang utiku bilang “Kan punya banyak mimpi, harus sembuh, harus semangat. Gapapa”
(Dan sebenernya, cukup kata gapapa itu yang aku butuhin) :)
Komentar
Posting Komentar