Kakimu Sendiri
"Terus buat apa ambil UI juga? Masih butuh pengakuan?"
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan ibu ketika pada akhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan study di salah satu universitas swasta di Jakarta.
Pertanyaan ibu saya menohok sekali dan itu artinya kebenaran dari pertanyaan itu ada pada diri saya. Pengakuan dari orang lain ternyata adalah hal yang masih saya pedulikan dalam kamus kehidupan. Padahal, hidup saya adalah kuasa saya dan saya berhak memegang kendali atasnya.
Saya yang bersikukuh akan mengambil program double degree tapi saya sendiri juga yang belum paham apa alasan saya untuk mengambil program tersebut, berpikir ulang, apa iya saya harus mengambil program double degree sedangkan universitas swasta yang ingin saya tuju sudah memiliki fasilitas lengkap dengan ilmu yang lebih rinci? Yang mengharuskan setiap mahasiswanya untuk terlibat langsung dengan apa yang dirancangkan.
Hh, mimpi ternyata punya banyak sekali jalan. Apa yang kita kira akan kita pilih ternyata berujung pada kata 'tidak'. Sedangkan apa yang sama sekali tidak pernah kita pikirkan, seolah punya caranya sendiri untuk menunjukkan bahwa kamu punya jalan di sana. Sekeras dan sesulit apapun perjuangannya.
Seperti saat ini, universitas yang sudah lama saya inginkan, saya tulis namanya di papan impian, ternyata tidak punya cukup fasilitas baik dari segi sarana dan keilmuan untuk menunjang mimpi saya yang lebih besar. Karena pada dasarnya bangku perkuliahan adalah batu loncatan untuk mimpi kita berikutnya bukan?
Terakhir, mari sama-sama berjuang untuk mimpi kita yang lebih tinggi. Karena ini semua hanya perihal kita, perihal pilihan :).
Komentar
Posting Komentar