Cari Sendiri Hubungan Antara Cerita dan Lukisannya!
"Vase 12 Sunflower "
-Vincent Van Gogh-
Saya akan menceritakan salah satu kisah yang niatnya tidak ingin saya bagi dengan sembarang orang. Tapi setelah kemarin malam melihat sebuah pesan yang disampaikan seorang teman lewat story wa-nya, saya pikir kisah ini perlu dibagi. Untuk menuntaskan masalah yang saya kira telah tuntas.
Mau membacanya?
Pengalaman buruk saya dimulai ketika saya harus kehilangan cinta dari laki-laki pertama dalam hidup saya. Tapi tenang, bukan itu yang ingin saya ceritakan kali ini. Sebentar, saya perlu menarik nafas yang dalam untuk menceritakannya. Fyuhh~
Ehm, bisa dibilang saya ini adalah orang yang sangat sulit untuk "menyukai seseorang" Saya berusaha sefokus itu untuk mimpi saya karena ada yang perlu saya tunjukkan pada ayah. Hingga, pada saat bumi sedang berputar di tahun 2016, saya bertemu dengan seseorang yang tidak bisa saya jelaskan. Tapi, singkatnya orang ini berhasil membuat saya menyukainya.
Agak aneh sebenarnya, karena saya menyukainya bukan karena kami dekat -bagaimana bisa dekat jika bicara saja tidak pernah saya lakukan dengannya saat itu- satu sama lain, rupawan juga tidak. Hanya saja dia sangat pandai untuk memperjuangkan mimpinya, saya bilang pandai karena tak semua orang punya strategi yang unik untuk hidupnya kan?.
4 tahun kemudian masih dalam kondisi yang sama, saya yang menyukainya, melihatnya meraih mimpi-mimpinya sudah cukup membuat saya termotivasi untuk meraih mimpi saya jua. Masih kokoh bertahan dan percaya bahwa usaha pasti tidak akan mengkhianati hasil. Begitu pula dalam hal ini.
Seperti saya yang tidak menyukai laki - laki perokok, tapi ketika mengetahui fakta apabila ia merokok saya tetap berusaha menerimanya. Dia ceritakan pada saya bahwa dia tidak pernah suka diatur oleh seorangpun dan saya -tanpa ia sadari- berusaha menjadi apa yang ia inginkan.
Saya telah menghilangkan diri saya sendiri.
Sampai pada tahun cantik 2020. Saat saya bersiap untuk mendaki Pangrango, dia katakan pada saya sebuah kalimat yang sangat menyinggung prinsip saya. Dia katakan bahwa ketika saya mendaki di tengah waktu sekolah, itu berarti saya tidak peduli pada pendidikan saya. Bahkan ketika saya katakan saya mampu mengatasinya, dia tetap tidak percaya.
Ada beberapa hal yang tidak saya sukai, namun diantara itu semua, saya paling membenci mereka yang tidak percaya pada saya bahkan setelah saya menjelaskannya. Pada mimpi - mimpi saya, pada hobi saya, apapun itu. Saya tidak pernah melarangnya untuk melakukan apapun maka bukan haknya pula melarang saya kan?
Jika saya bilang saya mampu, maka itu artinya saya mampu. Apabila tidak mampu saya tidak akan pergi, saya tidak akan melakukannya. Karena yang paling tahu saya adalah saya.
Itu masalah lalu, saya tidak membencinya. Semua kemarahan akan berlalu, untuk apa mendendam terlalu lama. Saya dan dia baik - baik saja, menjalani hidup masing-masing dengan langkah yang berbeda. Masih sama seperti dulu yang berbeda adalah rasa saya.
Saya tidak bilang menghilangkan perasaan 4 tahun itu mudah, tapi saya berhasil melewatinya. Seperti konsep ekonomi, 'need' dan 'want'. Saya rasa sekarang untuk memiliki rasa yang sama terhadap orang baru belum menjadi sebuah 'need' bagi saya, ia masih berada di strata paling bawah 'want'. Jadi, dalam jangka yang mungkin panjang saya hanya ingin berbagi kisah dengan teman-teman saya.
Ahhhhhhh~
Saya berhasil menceritakannya, siapa sangka saya ternyata bisa berbagi kisah ini. Lebih ringan rasanya untuk melanjutkan langkah. Baiklah kalau begitu, selamat pagi, sampai bertemu di lain cerita.
Komentar
Posting Komentar