# 2 # Negaramu, Negara Ibu, Negara Kita Semua


    Selamat malam Nak, apa kabar?

Malam ini Ibu di umur 17 tahun sedang mode "on" untuk belajar. Seperti biasa, kuliah selalu jadi batu besar bagi anak-anak SMA yang akan lulus Nak. Tak terkecuali Ibumu ini, tapi sebelum itu Ibu ingin bercerita, semoga kau bersedia mendengarkannya.

----:----

    Nak, saat ini tepat pada tanggal 07 Oktober 2020, negara kita sedang tidak baik - baik saja. Ibu tidak tau apakah menulis surat digital ini dapat membantu Indonesia, tapi Ibu berharap ini dapat membantumu untuk mencintai negaramu seutuhnya. Seperti yang Ibu bilang, keadaan kali ini disebabkan oleh pengesahan RUU cipta kerja di tengah banyaknya gelombang penolakan. Demo pun tidak dapat terbendung lagi Nak, banyak dari mahasiswa, buruh, dan masyarakat yang turun ke jalan.

    Ini sudah kesekian kalinya masyarakat turun, tapi suara mereka acap kali diabaikan. Ah, tidak pantas rasanya jika Ibu menggunakan kata "mereka" karena kita pun termasuk ke dalam kata "mereka" yang saat ini Ibu tuliskan. Negara sungguh terombang- ambing Nak, sudah banyak ungkapan dari anak mudanya untuk "pindah" ke negara lain karena tak sanggup dengan situasinya. Terutama dengan sikap acuh pemerintah terhadap pendapat mereka.

    Ibu jadi teringat diri Ibu ketika bermur 12 tahun :)

    Saat itu, Ibu sangat bercita - cita untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Alasannya sangat sepele, Ibu tidak sanggup melihat kebijakan - kebijakan yang kian hari kian menyimpang. Bahkan dengan prediksi yang sangat yakin Ibu berkata "Aku menghidu jika Indonesia tidak akan ada saat tahun 2045" -Ibu umur 12 tahun benar - benar dangkal. Sering sekali Ibu menertawakan diri Ibu ketika mengingatnya. Tapi keyakinan untuk pergi dan tidak akan kembali bertahan cukup lama dalam diri Ibu.

    Sampai entah kapan kecintaan Ibu bermula. Mulai menangis ketika membaca koran di loby sekolah karena berita - berita yang menampilkan kondisi terkini, mulai berpikir apa yang bisa Ibu berikan kelak sebagai balas jasa telah meberikan tempat untuk Ibu tumbuh, dan hal - hal lain yang mulai Ibu pikirkan. Dari situlah Ibu berjanji untuk tidak "meninggalkan" Indonesia. Ibu mulai memahami dan memaklumi bahwa manusia tidak ada yang sempurna, sehingga tumbuh keinginan dalam diri Ibu untuk menjadi salah satu tangan pembawa perubahan.

    Terlebih semenjak Ibu gemar mendaki, menjelajahi gunung Indonesia memberikan Ibu sebuah kesadaran bahwa Indonesia ternyata benar- benar telah merampas sebagian jiwa Ibu. Termasuk ketika pada akhirnya ide membuat Pagelaran Seni Beladiri dan Festival Anak Sholeh di kampung nenekmu tercetus dalam pikiran Ibu, semua itu negara kita yang telah membantu Ibu menemukannya.

    Dalam surat malam ini, Ibu berharap kau sadar bahwa untuk merubah Indonesia dibutuhkan ratusan bahkan jutaan tangan penghuninya. Ketika kelak kau mendapati temanmu lebih unggul dalam bidang tertentu atau kau anggap lebih bisa membawa perubahan, jangan putus asa. Bagi Ibu cukup kau fokus pada hal yang kau sukai dan buatlah perubahan bagi Indonesia di sana, apapun bidangnya Ibu akan dukung sepenuhnya. Kau sebagai anak Ibu yang luar biasa dilarang untuk menjatuhkan sesama temanmu yang lain, dilarang merasa tidak berguna bagi dunia, dan dilarang menjadi beban bagi orang lain terutama negaramu sendiri.

    Karena hal paling dasar yang harus kau ketahui adalah hakikat setiap manusia dilahirkan untuk saling membantu, mendukung satu sama lain. Jika pada akhirnya kau tumbuh menjadi jiwa yang "meracuni" sekitar atau kalau bahasa kerennya di zaman Ibu "toxic" Ibu ingin bilang bahwa Ibu tak akan memaafkanmu untuk itu, dan Ibu pastikan Ibu tidak akan mengajarkan sifat seperti itu kepadamu.

    Lagi Nak, sebelum Ibu akhiri. Ibu harap kelak kau bisa mencintai Indonesia sebagaimana para tokoh bangsa dan Ibu mencintainya.

"Saya punya cita - cita untuk membina generasi muda jauh lebih baik dari saya. Sebab kalau sama, kita tidak berprestasi" -B.J Habibie-

Indonesia sedang tidak baik - baik saja Nak.


    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Sang Pemimpi dan JNE Si Teman Perjalananku

Selamat Mencoba!

Kakimu Sendiri