Saya (tidak) Gagal
Kali ini saya patah. Patah di jalan yang saya buat sendiri. Kaki kokoh yang biasa berdiri rasanya lemas tak bisa lari, bahkan lari dari fakta bahwa saya patah pun tak bisa.
Saya hanya menangis, menganggap diri saya tak mampu disaat pertandingan sesungguhnya belum dimulai. Pengecut. Saya menjadi seorang pengecut sekarang. Takut akan kemungkinan - kemungkinan yang belum terjadi dan pada akhirnya membuat saya hanya terdiam, merenung.
Ini sebenernya Tuhan ngasih saya kesempatan seperti ini untuk apa si? Benar - benar kesempatan bahwa saya mampu atau sekedar pelajaran yang pada akhirnya harus saya ikhlaskan lagi? Seperti beberapa kesempatan sebelumnya.
Saya terus bertanya hal - hal yang saya sudah tau jawabannya dengan pasti.
"Haha, coba deh Ra, Tuhan ga akan pernah ngasih kesempatan yang ujungnya pasti hal buruk buat manusia. Sekarang tergantung kamunya" Ini, ini jawabannya.
Tapi saya masih patah walaupun saya sudah menemukan jawabannya. Sampai pada akhirnya saya melihat banyak orang berjuang di jalannya sendiri lebih dari saya, banyak orang-orang baik yang menggantungkan harapannya pada saya, banyak semangat - semangat yang ga pernah saya dengar tapi ternyata selalu mereka lantunkan untuk saya.
Telinga saya ternyata telah dungu dengan mimpi - mimpi saya, mata saya tertutup dengan kenyataan bahwa saya berjuang sendirian. Tapi tidak, saya tidak ingin jadi pengecut untuk kedua kalinya. Maka, saya bangkit dan katakan "patah membuka semua hal - hal yang tidak pernah saya pahami. Pengecut menjadikan saya paham bahwa saya harus berjuang lebih keras lagi"
Jadi, jangan takut jadi pengecut yang sementara :)
Komentar
Posting Komentar