Bun, Anakmu Sudah Tumbuh

Bunda, Ibu, Mama, Mami, Umi, Bia, Ibun, dan sebutan lainnya, apapun itu, terimakasih :))

 "Nak, kakimu harus berdiri sendiri. Jalanmu harus kamu yang memilih, hidupmu tidak boleh dijajah orang lain. Merdeka untuk diri sendiri itu penting"  Katamu disaluran salah satu telepon asrama kala itu. Berusaha menenangkan aku yang tersedu karena mimpi yang gagal.

Bun, anakmu sudah tumbuh. Entah itu kuat atau tidak tapi ia sudah mampu berjalan. Bahkan berlari saja sebenarnya dia sudah mampu walaupun mahir belum ia miliki.

Bun, anakmu sudah tumbuh. Paras yang rupawan mereka warisi dari ayahnya, tapi otak yang cemerlang itu persis sekali milik dirimu. Kebebasannya dalam meraih mimpi dan tujuannya benar-benar ia warisi darimu.

Bun, anakmu sudah tumbuh. Ia bersiap lepas landas untuk meraih mimpinya yang lebih besar. Diam-diam ia selalu melihat punggungmu dari jauh, bertekad bahwa kelak ia akan membuatmu bangga. Seolah-olah hal itu adalah satu-satunya cara untuk membalas segala jasamu.

Bun, anakmu sudah tumbuh. Dia mahir segala hal tapi tak mahir mengungkapkan betapa besar rasanya untuk dirimu. Menatapmu bukan hal aneh, tapi mampu membuatnya canggung dan kikuk. Kata maaf yang sulit ia lontarkan di hadapanmu sebenarnya adalah hal yang paling ingin ia ucapkan tiap detik nafasnya.

Bun, anakmu sudah dewasa. Kali ini, biarkan ia yang membuatmu bangga. :))


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Sang Pemimpi dan JNE Si Teman Perjalananku

Selamat Mencoba!

Kakimu Sendiri