Monolog Kita

 Hallo Keyakinan! Sekarang giliranmu bertamu ke teras rumah Aurora. Sekali lagi aku ucapkan kalimat yang sama seperti halnya rasa - rasa lain. Tolong jaga dia, ia belum sepenuhnya paham tentangmu. Ia sangka, kau takkan kembali berkunjung, ia bilang kau hilang ditelan waktu. Padahal aku percaya, kau hanya sedang sitirahat. Memberi waktu pada takut untuk mendampinginya sementara. Dan yaaa, kini kau kembali.  Sekali lagi, tolong jaga dia, betapa besar percayanya padamu. Tolong kuatkan langkahnya dan katakan padanya bahwa kau akan terus membersamainya. Kapanpun dan dimanapun. SR- 21/09/15

 Hallo Takut! Pagi ini kamu sedang menemani Aurora ya :) Tolong jaga dia kali ini, tolong berbaik hati padanya. Dia belum terlalu memahamimu, belum tahu bahwa kamu dapat dijadikan teman yang baik. Bahwa kamu bisa melepas keberanian paling besar yang telah lama tersembunyi <3 SR - 21/08/05

Hallo Letih! Selamat bertandang di teras rumah Aurora!  Maaf apabila ia belum sepenuhnya menerimamu dengan baik. Maaf karena setiap kau berkunjung tak ada sambutan tawa darinya. Ia masih perlu memahamimu letih, ia perlu tau bahwa engka rasa yang sangat penting sebagai indikasi bahwa ia harus istirahat. Kamu pasti jengkel ketika melihat betapa keras kepalanya ia. Sudah tau ada tamu tetap saja melanjutkan aktivitas, padahal kau lihat persis air mata sudah membasahi pipinya kala itu terjadi. Letih, dengan segala bentuk ungkapan, terimakasih ya. Engkau menjadi satu - satunya pengingat bahwa ia harus berhenti sejenak. Setidaknya untuk beberapa saat. Jadi, sebagai kawannya yang baik, tolong jaga ia melebihi rasa manapun :) SR - 21/09/17

 Hallo sedih! Sedang sibuk tidak? Aurora butuh kamu untuk bertamu di terasnya. Ia butuh pelukan hangat sekejap saja. Baru beberapa saat yang lalu tangisnya pecah, ia sembunyikan rapat dalam kesunyian malam. Bising kepalanya tak bisa ia bendung. Puk - puk ia sebentar. Tolong beritahu Aurora bahwa ia bisa, sesulit apapun hal yang dihadapinya ia akan selalu bisa, karena ia punya Sang Pencipta. Katakan padanya untuk menangis sekerasnya, sepuasnya sampai ia lelah. Sampai esok terbangun, hatinya tenang :) SR - 21/09/20

       Bundaku cuman lulusan SMA, tapi kegemarannya dengan membaca bisa diacungi jempol. Beliau rutin membeli berbagai jenis genre buku lantas beliau koleksi sebagai 'warisan' bagi anak - anaknya kelak. Itu pemikiran bunda saat SMA, dan yaap, semua buku tersebut berada di tanganku sekarang - sebelum nanti aku wariskan lagi kepada adik - adikku -    Balita, hal yang pertama kali bunda berikan padaku adalah buku bergambar. Terbuat dari kain berbahan polyester yang berisi jenis transportasi, buah, bangunan, serta ragam lainnya. Kata bunda, ini salah satu cara memupuk rasa gemar membaca sedari kecil.      Uniknya, setiap bertambah umur, bunda selalu menghadiahkan buku dengan tingkat yang lebih rumit dari tingkat sebelumnya. Ehm, bisa dibilang lebih rumit karena semakin butuh logika untuk membacanya. Aku ingat, Muhammad AlFatih 1453 adalah buku yang ia berikan ketika umurku menginjak 11 tahun. Tentu saja, ini terjadi ketika buku Muhammad AlFa...

              Sebenernya ga kondusif banget nulis malem - malem gini. Udah capek plus plus ngantuk, tapi karena lagi jalanin challenge atomic habits, so I am here :)       Ngomongin soal hari ini, rutinitas liburku ga jauh - jauh dari ngerekap nilai, nulis laporan musyrifah, baca buku, sama telpon bunda. cuman berputar - putar di situ aja, kalaupun ada tambahan yaa paling kesempatan play hard yang lebih panjang.     Iyaaa, aku emang se-kober itu sampe nyempetin buat bikin jadwal play hard . Alesannya sepele, karena aku pelupa, termasuk buat hak diriku sendiri. Kalo ditanya "Isi jadwalnya apa?" Isinya cuman hiburan apa yang harus kulakuin per-harinya.      Work and live balance tu penting banget menurutku - kesimpulan ini aku dapatkan setelah benar - benar memahami sistem pendidikan di Finlandia- tubuh juga butuh 'oksigen' nya. Masa iya mau ngerekap mulu tiap jam tanpa ada jeda. Rontok lama -l...