Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Membawa Manfaat adalah Cita-Citanya

Gambar
Malam ini seorang teman mengirimkan pesan singkat kepadaku. "Kalo sampe keluar negeri, aku harus ngundur satu tahun buat ngejar TOEFL. Aku ga semampu kamu yang bisa ngejar dalam waktu singkat" Ehm, aku pikir setiap manusia dianugerahi kemampuan dan kecerdasan yang sama. Perihal kelebihan, aku yakin mereka punya hal yang unik dalam dirinya masing-masing. Kalau lebih unggul, bukan berarti ia lebih baik, hanya saja 'mungkin' langkahnya lebih dulu dari yang lain. Terlebih aku, sama saja dengan yang lain. Aku masih senang bergelut dengan pemikiran yang berlebihan, terutama tentang mimpiku. Sering merasa kalah bila ada yang bisa memberikan manfaat bagi dunia melebihi aku. Iya, sosok manusia yang kalian lihat di gambar atas adalah sosok manusia peragu. Ragu akan semua mimpi yang ia gantung di sudut kamarnya, ragu dengan usahanya sendiri, bahkan ragu dengan langkah yang ia buat sendiri. Lucu ya, ketika yang lain menganggapku lebih, aku sendiri justru adalah manusia yang palin...

Bu, Anakmu Gagal

 17 Tahun, di sebuah perjalanan menuju pulang. Bu, anakmu ini gagal. Di usia yang sedang labilnya ini, anak perempuanmu gagal kembali ke jalan untuk menempuh mimpinya. Seolah jalan yang selama ini ia buat menjadi tabu dan ia tak bisa menemukan pintu keluarnya. Bu, anakmu ini gagal. Berkata bahwa "Ibu aku sudah berjuang" pun ia tak mampu, karena nyatanya perjuangan telah berhenti ketika angka 17 tertera di kartu identitasnya. Bu, anak ini gagal. Kali ini, ia benar-benar menjelma seorang pemalas yang berwajah rajin. Berkali-kali ia mencoba mengalahkan rasa malasnya dan berkali-kali pula ia gagal. Bu, kali ini anakmu ingin pulang. Dalam keadaan dan wajah yang sama, kosong. Perjalanan telah membohonginya, membuatnya lupa bahwa pelukan hangatmu adalah rumah satu-satunya.  Bu, kali ini anakmu pulang. Dan kalimat "tidak apa-apa" adalah hal pertama yang akan ia dapatkan dari semua kegagalannya.